Humas IAIN Parepare---Di Desa Lego, Kecamatan Balanipa, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, tradisi menenun sarung masih lestari dan menjadi salah satu sumber pencaharian utama bagi Masyarakat setempat. Mahasiswa KKN IAIN Parepare Angkatan 35, Posko 53, melakukan kunjungan untuk melihat langsung proses pembuatan sarung tenun yang dilakukan oleh Masyarakat.
Salah satu penenun sarung sabbe di Desa Lego adalah Nurwahida. Menurutnya, proses pembuatan satu sarung tenun membutuhkan waktu sekitar tujuh hari, mulai dari pemilihan benang, mewarnai, hingga menenun motif-motif tradisional. Keuletan dan ketelatenan Nurwahida menghasilkan sarung tenun yang indah dan berkualitas, sehingga banyak diminati oleh pembeli.
"Setelah selesai, sarung tenun kemudian dibawa ke pasar untuk dijual," ujar Nurwahida. Harga sarung tenun bervariasi tergantung pada motif dan tingkat kesulitan pembuatannya. Rata-rata, satu lembar sarung tenun dapat dijual dengan harga Rp 100,000.
Tradisi menenun sarung di Desa Lego tidak hanya menghasilkan produk budaya yang indah, tetapi juga membantu meningkatkan kesejahteraan Masyarakat. Bagi Nurwahida dan penenun lainnya, menenun sarung adalah warisan budaya yang harus dilestarikan dan diturunkan kepada generasi muda.
Semakin dilestarikannya tradisi menenun sarung, diharapkan Desa Lego dapat menjadi salah satu sentra tenun sarung ternama di Polewali Mandar dan meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Mahasiswa KKN IAIN Parepare berkomitmen untuk membantu mempromosikan produk-produk lokal ini agar lebih dikenal luas dan mendukung ekonomi desa yang berkelanjutan. (Fzs/Srh)
Menenun Sarung di Desa Lego: Warisan Budaya dan Sumber Pencaharian Utama Masyarakat