Skip to Content

Gazebo Fakshi IAIN Parepare dan Filosofi Beppa Pitunrupa: Simbol Kebersamaan dalam Syukuran Penuh Makna

30 January, 2025 by
Humas IAIN Parepare

Humas IAIN Parepare – Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam (Fakshi) IAIN Parepare kini memiliki gazebo baru yang diresmikan dan disyukuri dalam sebuah acara penuh makna, Jumat, 31 Januari 2025.


Peresmian ini ditandai dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Direktur Maha’ad Al Jamiah, Kiyai Budiman, di hadapan para tamu undangan.

Suasana syukuran terasa semakin kental dengan tersajinya aneka kue tradisional Bugis yang dikenal sebagai beppa pitunrupa atau kue tujuh rupa, di antaranya bandang-bandang, sawella, jompo-jompo, onde-onde, dadar gulung, burongko, dan doko'-doko'. Tak hanya itu, aneka sarapan khas seperti sokko bolong dan burasa plus sambel ikan teri juga turut memeriahkan jamuan. 


Tradisi ini merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat Bugis saat menempati rumah baru atau tempat baru, yang melambangkan harapan akan keberkahan dan kebersamaan.


Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting di lingkungan IAIN Parepare, termasuk Ketua Senat IAIN Parepare, Prof. Dr. Hj. Sitti Aminah, Wakil Rektor 2 IAIN Parepare, Dr. Firman, Dekan Fakshi, Dr. Rahmawati, serta Wakil Dekan 1 dan 2 Fakshi, Dr. Aris dan Prof. Dr. Fikri. Hadir pula Kepala Bagian Fakshi, Hamid, Ketua Tim Humas IAIN Parepare, Dr. Suherman, dan sejumlah dosen Fakshi lainnya, seperti Dr. Hj. Muliati, Dr. Hj. Saidah, Ustadz Wahidin dan Ustadz Ismail Dosen dari Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD).


Wakil Rektor 2 IAIN Parepare, Dr. Firman, dalam sambutannya menjelaskan bahwa beppa pitunrupa memiliki filosofi mendalam dalam budaya Bugis. "Tujuh jenis kue ini melambangkan harapan akan kehidupan yang penuh keberkahan, kesejahteraan, dan kemudahan dalam menjalani berbagai aspek kehidupan. Tradisi ini juga menunjukkan nilai kebersamaan dan penghormatan terhadap tempat baru yang akan menjadi bagian dari aktivitas akademik di Fakshi," ungkapnya.


Lebih lanjut, Dr. Firman menambahkan bahwa gazebo yang baru diresmikan ini memiliki peran penting sebagai ruang interaksi bagi mahasiswa dan dosen. "Selain sebagai tempat bersantai, gazebo ini bisa menjadi sarana berdiskusi secara informal, yang justru sering melahirkan gagasan-gagasan akademik yang kreatif. Saya berharap, keberadaan gazebo ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh seluruh civitas akademika Fakshi," jelasnya.


Dekan Fakshi, Dr. Rahmawati, juga menyampaikan rasa syukurnya atas hadirnya fasilitas ini di lingkungan fakultas. "Gazebo ini menambah keunggulan Fakshi sebagai fakultas yang tidak hanya berorientasi pada akademik, tetapi juga mendukung suasana pembelajaran yang nyaman dan kondusif. Kami berharap mahasiswa dan dosen dapat memanfaatkan tempat ini sebagai ruang diskusi yang produktif," katanya.


Selain itu, Dr. Rahmawati juga mengungkapkan apresiasi kepada pimpinan IAIN Parepare atas dukungan mereka dalam pengadaan gazebo ini. "Kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor IAIN Parepare, Bapak Prof. Dr. Hannani, M.Ag., serta Wakil Rektor 2, Bapak Dr. Firman, yang telah membantu mewujudkan fasilitas ini. Semoga gazebo ini membawa manfaat besar bagi pengembangan akademik di Fakshi," tutupnya.


Dengan adanya gazebo ini, lanjutnya, lingkungan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam IAIN Parepare semakin kaya dengan ruang yang mendukung aktivitas akademik dan kebersamaan. "Gazebo ini diharapkan menjadi simbol kolaborasi, tempat lahirnya ide-ide inovatif, serta penguat tradisi akademik yang berbasis kearifan lokal," ujar Rahmawati.


                          ***

Sekadar tambahan informasi yang digali dari berbagai literatur menyebutkan, dalam budaya Bugis, beppa pitunrupa atau kue tujuh rupa memiliki makna dan filosofi yang mendalam. Tradisi menyajikan tujuh jenis kue ini sering kali dilakukan dalam berbagai acara penting, seperti syukuran saat menempati rumah baru atau peresmian fasilitas baru. Setiap jenis kue dalam beppa pitunrupa tidak hanya menawarkan cita rasa yang khas, tetapi juga mengandung simbolisme yang mencerminkan harapan dan doa bagi kesejahteraan serta keberkahan.


Penelitian yang dipublikasikan dalam EUDL mengungkapkan bahwa penamaan setiap jenis kue dalam beppa pitunrupa berfungsi sebagai tanda harapan atau doa untuk diberikan rezeki yang melimpah. Tujuh jenis kue ini dapat digantikan dengan kue tradisional Bugis lainnya, asalkan terbuat dari tiga bahan dasar utama: beras ketan, gula merah, dan kelapa. Beras ketan melambangkan pemersatu atau perekat (mappamesso), gula merah berfungsi sebagai pemanis (mappacenning), dan kelapa diharapkan bermanfaat bagi yang menikmatinya, dengan makna sebagai pembersih makanan (mappalunra'). 


Selain itu, angka tujuh dalam beppa pitunrupa juga memiliki makna simbolis yang penting. Dalam kepercayaan masyarakat Bugis, angka tujuh sering dikaitkan dengan kesempurnaan dan keberkahan. Penyajian tujuh jenis kue ini mencerminkan harapan akan kehidupan yang seimbang dan harmonis, serta doa agar segala usaha dan aktivitas yang dilakukan mendapatkan ridha dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. (*)


Penulis : Alfiansyah Anwar

in News
Humas IAIN Parepare January 30, 2025
Tags
Archive