Skip ke Konten

Prodi BKI Bahas Mental Sehat Hadapi Corona dengan Webinar

31 Maret, 2020 oleh
webadmin1

Prodi BKI Bahas Mental Sehat Hadapi Corona dengan Webinar
IAIN PAREPARE— Program studi (Prodi) Bimbingan Konseling Islam (BKI) melaksanakan Webinar “Pribadi Sehat Mental Menghadapi Covid-19” via Google Meet, Rabu (1/4/2020).

Webinar ini membahas self talk positive, difusi inovasi terhadap social distancing dan menjadi pribadi resiliense. Peserta terdaftar mencapai 76 orang, yang terdiri dari dosen dan mahasiswa IAIN Parepare, UIN Alauddin Makassar, STAIN Majene dan IAIN Samarinda.

Tiga pemateri dari dosen Bimbingan Konseling Islam, diantaranya Adnan A. Saleh, M.Si membahas difusi inovasi terhadap social distancing, Emilia Mustary, M.Psi.Psikolog membahas selftalk positive dan Nurafiah, M.A memaparkan tentang pribadi resiliense. Host atau moderator webinar ini Haramain, M.Sos.I yang juga Kepala program studi (Kaprodi) BKI IAIN Parepare.

“Tentunya tanggungjawab Prodi BKI yang secara disiplin kelimuan bertanggungjawab menjelaskan kepada masyarakat segala aspek psikologi, khususnya dalam kajian konseling Islam, mengenai ketahanan diri, regulasi diri hingga teknik menjaga kesehatan mental akibat tekanan informasi dan penyebaran virus,” ujar Muhammad Haramain, M.Sos.I.

Emilia Mustary, M.Psi.Psikolog menjelaskan kondisi setelah pekan ketiga work from home atau bekerja dari rumah sesuai dengan kebijakan pemerintah.

“Perkuliahan online di masa pekan ketiga mendukung pemerintah, ada yang mulai bosan, ternyata kuliah online tidak semudah dibayangkan,serta banyak hal dipersiapkan selama kuliah online. Beberapa dampak pandemik covid-19 mempengaruhi kesehatan kita, berdasarkan informasi yang masuk pada himpunan psikologi Indonesia, masyarakat mengalami kecemasan ringan hingga berat, biasanya jarang di rumah, biasanya kerja lapangan harus tinggal di rumah,” tuturnya.


“Self talk atau berbicara dengan diri sendiri, berupa dialog internal yang menginterpretasi perilaku individu, apa yang kita pikirkan menentukan perilaku kita. Pilihan self talk menentukan perilaku, entah itu disebutkan atau cukup bicara dalam hati. Self talk merupakan komponen bawah sadar kita. Self talk yang familiar, positif dan negatif. Self talk positif mempengaruhi kita, mengarahkan, memotivasi, mempengaruhi pikiran dan perasaan, misalnya optimis menerapkan imbauan menjaga kebersihan akan terhindar dari virus. Self talk negatif membuat kita menjadi cemas hingga depresi yang dapat menurunkan daya imun. Misalnya flu sedikit merasa kena Covid, cemas anakku nanti bagaimana kalau saya kena covid, ketakutan dan sebagainya. Tidak selamanya self talk negatif itu buruk, ini menjad alert (alarm) untuk tetap waspada, ” jelasnya.

Emilia Mustary juga menyarankan agar menulis self talk positif dan negatif dan mengelola self talk tersebut dari pengalaman yang pernah dialami.

Adnan A. Saleh menyampaikan proses difusi inovasi yang terjadi setelah munculnya pandemik virus corona. Hadirnya difusi atau perubahan sosial di masyarakat disebabkan beberapa hal, diantaranya wacana tidak konsisten yang beredar di masyarakat misalnya, awal mulanya disebut social distancing menjadi physical distancing, disinfektan untuk tubuh tapi, disinfektan ternyata untuk benda mati, adanya miss informasi dari pemerintah, masih banyak informasi yang berbeda dengan jajaran di bawahnya, dan susah mengambil keputusan.

“Gagasan baru harus dibiasakan seperti menjaga jarak, kemungkinan dicoba dengan melihat potensial di tempat lain, misalnya Malaysia, Singapura dan Ceko. Kalau tidak salah Indonesia hari ini, angka kematian 9.3 mengalahkan jumlah Italia 9.2, sedangkan di Singapura hanya 2, ini syarat ditawarkan teori ini agar masing-masing dapat beradaptasi ”ujar Adnan.

Beberapa solusi dari perubahan ini dengan menerapkan social distancing, ada keuntungan relatif dengan terhindar penularan Virus. Perlu kesesuaian, nilai kekerabatan masyarakat Bugis yang sangat senang berkumpul harus menyesuaikan diri menjaga jarak. Adanya kerumitan makanya butuh dibiasakan. Telah dicoba di berbagai negara dan hasilnya dapat dilihat di Singapura dengan rendahnya angka kematian.

Adnan juga memaparkan, “Anda termasuk kategori apa dalam fenomena sosial ini. Inovator (2.5%) Berani ambil risiko terhadap inovasi, mampu mengatasi ketidakpastian informasi, mampu mengatur keuangan, pengetahuan, dan teknik yang kompleks. Early Adaptor (13.5%) Opinion leader dan role model dalam sistem sosial, dihargai dan disegani oleh masyarakat / orang lain. Early Majority (34%), Sering berinteraksi tapi jarang mendapatkan posisi sebagai opinion leader, berhati-hati sebelum mengadopsi inovasi baru. Late Majority (34%), Skeptis / sangat berhati-hati, terdesak ekonomi, mendapatkan tekanan dari lingkungan. Laggard (16%) Berorientasi masa lalu, curiga terhadap inovasi, masa pengambilan keputusan lama, tidak berpengaruh di masyarakat,” jelasnya.


Pemateri ketiga, Nurafiah, M.A menjelaskan resiliensi sebagai upaya mempersiapkan pribadi yang memiliki daya tahan terhadap informasi yang bisa mengganggu psikologis. Resiliensi membantu individu beradaptasi dengan masalah yang diibaratkan dengan sistem imun tubuh.

“Modal psikologis, regulasi emosi tetap tenang, kontrol impuls, komponen terkait regulasi emosi, impuls asalnya dari lingkungan. Segala sesuatu dapat kita cegah dengan minimalisir hal-hal bisa menyebabkan kepanikan, empati, optimis hidup bersih bahwa semua ini akan berakhir, analisis kausal penyebab dan menganalisa kesimpulan, efikasi diri sehingga mampu mengatasi masalah dengan baik, reaching out keberhasilan akan dicapai,” jelas Nurafiah.

Maulina Lukmatul Sha’dhah peserta webinar dari IAIN Samarinda memaparkan kecemasannya setelah wilayah tempat tinggalnya ditutup sementara. Ia mengatakan dengan nada bergetar jika masih banyak rekan-rekannya yang berada di Samarinda, ia mengkhawatirkan rekannya yang kini tidak bisa mudik ke rumah orang tuanya. Meskipun, saat ini ia sudah berada di Balikpapan, Ia juga menjelaskan bahwa hanya ada waktu-waktu tertentu masyarakat bisa keluar rumah sehingga hal ini menimbulkan kecemasan dalam dirinya.


Bukan hanya Prodi BKI, IAIN Parepare juga telah membantuk Satgas pencegahan Covid-19. Ketua Satgas pencegahan Covid-19 IAIN Parepare Dr. H. Muhammad Saleh mengatakan terbentuknya Satgas pencegahan virus corona ini berperan mengedukasi masyarakat dan dipahami masyarakat banyak yang tidak mendapat informasi secara jelas. “Bisa jadi kalangan bawah tidak memanfaatkan media sosial, ada kecemasan yang muncul tidak ada nutrisi informasi. Kita semua di rumah, orang yang cemas di sekeliling kita siapa mau peduli, boleh jadi masyarakat menengah ke bawah tidak mengkonsumsi media sosial, adanya kebijakan dilarang berkumpul, namun informasi tidak diberikan,” ujar Dr. Muhammad Saleh yang juga Wakil Rektor III IAIN Parepare.

Di akhir, Kaprodi BKI Muhammad Haramain menjelaskan tujuan dari webinar salah satunya untuk memberikan informasi kepada masyarakat pentingnya menjaga kesehatan mental menghadapi wabah covid-19.

di dalam Berita
webadmin1 31 Maret 2020
Label
Arsip