Opini: Merawat Passion, Mengikat Ilmu?
oleh: Sirajuddin, S.Pd, S.Ip., M.Pd (Pustakawan IAIN Parepare)
OPINI—- Ada ungkapan menarik dari seorang Najwa Shihab duta baca Indonesia tahun 2016-2020 “Buku menemani kita saat sadar dan tidur, kemanapun kita pergi ia bersedia mengikuti, ia menasehati kita, mebuat kita tertawa tak jarang kita menangis karena buku, jika kita memintanya diam dia akan patuh, jika kita mencercanya ia diam, jika kita memujinya ia tidak sedikitpun akan terpengaruh, tidak ada teman yang lebih pandai, tidak ada teman yang lebih setia dari buku, buku adalah sebaik baiknya sahabat.”
Ungkapan ini bisa menjadi inspiring quote, menumbuhkan reading interest dan menangkal kesan buruk, mental blocking tentang membaca, literasi membaca masih menjadi momok menghawatirkan bagi masyarakat Indonesia khususnya usia pelajar, tapi …apakah memang masyarakat Indonesia malas membaca?
Menurut Dadang Suhendar Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud, penelitian yang dilakukan Kemendikbud lebih komperehensif dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Programme for International Student Assessment (PISA) yang mengklaim dari 1000 orang indonesia hanya 1 orang yang membaca atau 0,01 %, meskipun infrastruktur pendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas Negara-negara eropa (hasil survey World Most literate Ranked pada Maret 2016).
Alasannya PISA hanya mengambil sampel dari sekolah di 2 kabupaten, tidak mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Dadang mengklaim kemampuan anak Indonesia sebesar 61%. Dalam satu kabupaten diambil maksimal 10 sekolah. Namun masih diakui masih banyak kekurangan dalam minat baca siswa yang harus segera dibenahi pemerintah pusat dan daerah, “Karena kelemahan anak-anak kita ada di sana, yaitu tidak terbiasa membaca data, peta, grafik, teks panjang, dan sebagainya. Oleh karena itu, ini harus dimulai,” katanya.
Lantas bagaimana buku itu mampu mempengaruhi kehidupan kita, saya ingin mengasosiasikan buku dan makanan “buku dan makanan adalah hal yang sama, makanan ada yang lezat untuk dikomsumsi namun tidak membawa manfaat untuk tubuh kita, dan ada yang tidak enak untuk di komsumsi namun membawa manfaat besar untuk tubuh dan kesehatan, demikian halnya dengan buku ada yang enak dibaca namun tidak memberi manfaat untuk meningkatkan kompetensi pribadi, da nada buku yang terasa berat dan tidak enak untuk dibaca namun memberi manfaat untuk kompetensi pribadi.
Opini ini diharapkan mampu menjadi pemantik dengan mereferensi pengatahuan yang diperoleh dalam bentuk langkah-langkah strategis menumbuhkan kebiasaan membaca buku atau bacaan yang bermanfaat pesan dalam surah al alaq bahwa kita diwajibkan membaca bacaan yang berorientasi “bismirabbika” atau bermanfaat.
Pertama: tumbuhkan cinta membaca dan menulis melalui “passion” kuncinya temukan passionmu (ketertarikanmu) terhadap membaca dan menulis, dengan merawat kesukaan atau kegemaran kita dengan membaca buku buku dan menonton tayangan dan membaca manual tentang kegemaran kita, ini berpotensi menjadikan kita pribadi yang literat dan cinta membaca.
Kedua: menumbuhkan kebiasaan mengunjungi perpustakaan, toko buku, rumah baca dan gerai baca untuk menciptakan interesting ketertarikan terhadap membaca.
Ketiga: menggunakan smarthphone (telepon pintar) untuk untuk mengakses bahan bacaan digital atau berbasis online seperti: 50000 free books, scribd, Epick, gramedia digital dan perpustakaan nasional online seperti (I-pusnas) semuanya bisa diakses secara berbayar maupun gratis.
Keempat: membaca ngemil, tidak diartikan… (next page 2)
11 Maret, 2020
oleh
webadmin1
di dalam Berita
webadmin1
11 Maret 2020
Label
blog kami
Arsip
Baca Berikutnya
Dosen Fakshi IAIN Parepare Jadi Saksi Ahli PTUN Makassar
Opini: Merawat Passion, Mengikat Ilmu?