Humas IAIN Parepare – Gelaran Parepare Maccarita Batch 3 dengan tema "Mengapa Menulis Penting?" sukses menarik perhatian 60 peserta dari berbagai kalangan, termasuk pegiat literasi, guru-guru di Parepare, serta mahasiswa. Acara yang berlangsung secara virtual pada Rabu malam (26-2-2025) ini menghadirkan Suhartina, S.Pd., M.Pd., Kepala Pusat Publikasi dan Penerbitan di IAIN Parepare sebagai narasumber utama. Diskusi ini dimoderatori oleh Tri Astoto Kodarie dan semakin semarak dengan kehadiran dua pembaca puisi, Wanto Tirta serta Sitti Hajar J.
Dalam pemaparannya, Suhartina menegaskan bahwa menulis bukan sekadar keterampilan teknis, tetapi merupakan bentuk investasi intelektual yang memungkinkan seseorang untuk meninggalkan jejak pemikiran, berbagi inspirasi, dan berkontribusi dalam perubahan sosial. Ia menekankan bahwa menulis adalah proses yang mengasah kemampuan berpikir kritis dan reflektif.
"Menulis bukan hanya tentang menuangkan kata-kata di atas kertas, tetapi juga tentang bagaimana kita mengorganisasi ide, membangun argumentasi, dan menyampaikan pesan dengan jelas," ujarnya.
Selain membahas tentang pentingnya menulis, Suhartina juga menekankan bahwa kegiatan membaca memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas tulisan. Ia menjelaskan bahwa seorang penulis yang baik haruslah seorang pembaca yang tekun. "Bacaan yang luas akan memperkaya wawasan dan membantu kita dalam menemukan gaya serta sudut pandang unik dalam menulis. Tanpa membaca, menulis hanya akan menjadi proses yang dangkal," ungkap dosen Fakultas Tarbiyah yang juga saat ini masih menjabat sebagai Ketua FLP Kota Parepare.
Momen menarik terjadi ketika Sulaeman, salah satu peserta, mengajukan pertanyaan tentang bagaimana cara memotivasi diri agar tetap konsisten dalam menulis. Menanggapi hal tersebut, Suhartina memberikan berbagai strategi agar seseorang tetap berkomitmen dalam menulis. Salah satu kunci utama yang ia tekankan adalah menentukan tujuan menulis.
"Sebelum mulai menulis, tanyakan pada diri sendiri, 'Mengapa saya menulis?' Apakah untuk berbagi pengalaman, menyuarakan gagasan, atau sebagai bentuk ekspresi diri? Dengan mengetahui tujuan, kita akan lebih mudah menemukan motivasi untuk terus menulis," jelasnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya membangun kebiasaan menulis dengan menjadikannya bagian dari rutinitas sehari-hari. "Mulailah dari hal sederhana seperti menulis jurnal atau catatan harian. Jangan terlalu perfeksionis di awal, karena tulisan yang baik adalah hasil dari proses revisi yang terus-menerus," tambahnya. Ia juga mengajak para peserta untuk aktif dalam komunitas menulis, membaca secara luas untuk memperkaya ide, serta tidak takut menghadapi kritik karena tulisan yang baik selalu melalui proses penyuntingan yang panjang.
Dalam sesi diskusi, Suhartina juga menjelaskan tentang beberapa tulisan inspiratif yang telah mengubah dunia. Ia mengutip kisah Anne Frank dengan The Diary of a Young Girl, yang memberikan perspektif tentang perjuangan hidup di masa perang dan bagaimana tulisan dapat menjadi jendela sejarah yang penuh makna. Selain itu, ia menyebutkan To Kill a Mockingbird karya Harper Lee, yang menjadi simbol perjuangan keadilan sosial, serta tulisan-tulisan Gus Dur yang memperjuangkan nilai pluralisme dan toleransi di Indonesia. "Tulisan memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia bisa menjadi alat perubahan, sumber inspirasi, dan bahkan bisa mengguncang sejarah," katanya dengan penuh semangat.
Di akhir sesi, moderator Tri Astoto Kodarie memberikan tanggapan mengenai pentingnya literasi dan peran kegiatan ini dalam mendorong semangat menulis. Ia menegaskan bahwa "Kesuksesan Parepare Maccarita Batch 3 ini menjadi bukti bahwa literasi, khususnya menulis, tetap menjadi elemen penting dalam membangun generasi yang lebih kritis, kreatif, dan berdaya. Dengan adanya kegiatan semacam ini, diharapkan semakin banyak individu yang terdorong untuk menulis dan berkontribusi dalam membangun peradaban melalui kekuatan kata-kata."
Setelah kegiatan berakhir, Suhartina memberikan pandangannya dalam sesi wawancara mengenai pentingnya menulis dalam membangun budaya literasi yang berkelanjutan. "Menulis adalah cara kita merekam pemikiran, membangun wawasan, dan meninggalkan jejak bagi generasi mendatang. Literasi yang kuat tidak hanya melahirkan individu yang kritis, tetapi juga masyarakat yang lebih reflektif dan berdaya. Saya berharap semakin banyak orang menyadari bahwa menulis bukan sekadar aktivitas akademik, tetapi juga alat untuk memahami dunia dan membentuk perubahan," ungkapnya. (Irm/Tin)
Seminar Literasi "Mengapa Menulis Penting?" Sukses Digelar, Suhartina Dorong Konsistensi Menulis