OPINI : Sujud Kematian

2 Februari, 2020 oleh
webadmin1

Oleh : Budiman Sulaeman, Wakil Dekan I Fakshi IAIN Parepare

OPINI — Tuhan melalui Nabi atau manusia pilihan-Nya mengajarkan kepada umat berbagai ritual keagamaan atau syariat sebagai medium untuk mencapai puncak pengabdian guna memuluskan perjalanan makhluk bernama manusia menjumpai Sang Khaliq (Pencipta, Allah).
Salah satu medium itu adalah shalat, dan di dalam shalat ada satu gerakan yang diperintahkan dilakukan bahkan diperbanyak dan diamalkan dengan penuh kesadaran, yaitu SUJUD. Gerakan sujud selain istimewa, juga dilakukan dua kali dalam satu rakaat shalat. Dua kali sujud dalam satu rakaat saat shalat ditegakkan sesungguhnya sangat filosofis. Disebut demikian karena ada pesan yang hendak disampaikan agar manusia memiliki kesadaran penuh dalam memaknai hidup dan kehidupannya. Ternyata dua kali sujud adalah isyarat bahwa kematian dan kehidupan yang telah dan akan dialami manusia dalam perjalanan menuju Allah masing-masing dua kali.
Ya… dua kali. Dua kali mati dan dua kali hidup. Kematian pertama, saat ‘manusia’ berada di suatu alam yang disebut alam ghaib jauh sebelum manusia hadir di alam arham. Kematian kedua saat ruh meninggalkan tubuh manusia di alam syahadah (dunia). Kehidupan pertama manusia ketika Allah meniupkan ruh ke dalam jasad saat berada dalam kandungan ibunya. Sedangkan kehidupan kedua manusia saat ia dibangkitkan untuk mempertanggung jawabkan setiap episode kehidupannya di alam syahadah (dunia).
Mengapa simbol gerakan SUJUD, mengapa bukan yang lain? Karena manusia saat SUJUD ia menempelkan kepala di tanah (bumi) agar kesadarannya terbuka bahwa manusia berasal dari tanah dan sekaligus mengingatkan fase kematian pertamanya. Saat bangkit dari sujud pertama, Sang Khaliq hendak mengingatkan manusia bahwa sebelum hidup di alam arham (rahim ibu), manusia pernah mengalami kematian pertama di alam ghaib lalu dihidupkan untuk pertama kalinya.
Ini adalah cara Tuhan agar manusia tidak lengah bahwa episode kehidupan di bumi (di alam syahadah) bukanlah kehidupan yang hakiki dan sesungguhnya, walau dalam kenyataan di bumi manusia seringkali terlena dengan ke-semusementara-an bumi dengan segala atribut kehidupannya. Maka manusia di-SUJUD-kan kedua kalinya untuk me-refresh kesadaran perjalanannya bahwa semua yang bernyawa pasti berujung pada kematian (pasti memasuki alam barzakh/kubur) sebagaimana kematian pertama yang dialaminya saat berada di alam ghaib sebelum di-pindahtitip-kan ke alam arham.
Kematian kedua manusia di alam syahadah bukan akhir segalanya karena kehidupan kedua di alam akhirat berbeda secara diametral dengan kehidupan pertama di alam arham (kandungan) dan episode kehidupan di alam syahadah (dunia). Itu sebabnya saat seorang sâjid melakukan gerakan SUJUD kedua dalam shalat, ia kembali bangkit dari SUJUD untuk ‘menjewer’ kesadarannya bahwa setelah kematian kedua di dunia masih ada kehidupan kedua yang bersifat kekal dan hakiki di alam akhirat kelak.
Allah, dalam Alquran, hendak menghentak kesadaran manusia agar betul-betul menyadari eksistensi dan pengalaman dua kematian dan dua kehidupan, dalam bentuk dan simbol SUJUD dua kali dalam shalat. Ayat itu termaktub di surah Thaha [20]: 55 berikut:

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

Terjemahnya:
“Dari bumi/tanah Kami menciptakan kamu dan kepada bumi/tanah Kami akan mengembalikan kamu (dengan kematian) dan dari bumi/tanah Kami akan membangkitkan kamu pada kali yang lain (pada Hari Kiamat)”.

Karenanya, manusia dalam meniti episode kehidupannya di bumi ini mesti menata dengan apik, yang salah satu bentuknya adalah melakukan “SUJUD KEMATIAN” atau “SHALAT INNÂ LILLÂHI”. Dalam kehidupan nyata, Allah kerap memperlihatkan bukti kekuasaan ghaibnya melalui peristiwa lahiriah misalnya saat seorang hamba mengakhiri episode kehidupannya di dunia dalam kondisi SUJUD. Dalam bahasa yang lain, ada ungkapan keagamaan: mûtû qabla an tamûtû (matilah sebelum kalian mati atau shalatlah sebelum kalian dishalati) agar kehidupan keduamu selamat sentosa dan berhasil menjumpai Sang Khaliq dalam keadaan ridho dan diridhoi. Mudah-mudahan.[*]

Editor : Alfiansyah Anwar

di dalam Opini
webadmin1 2 Februari, 2020
Label
Arsip