Speaker AICIS, Nurhakki Dosen IAIN Parepare Paparkan Gagasan Pengembangan Digital Inklusi di Pedesaan

5 Februari, 2024 oleh
Hayana

Humas IAIN Parepare -- Gelaran AICIS ke-23 digelar di UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah. Kali ini AICIS menampilkan 384 Panelis yang dinyatakan lolos seleksi. Mereka memaparkan hasil risetnya melalui panel Discussion selama pelaksanaan AICIS yang digelar 1-4 Februari 2023.


Tujuh orang speaker utusan di IAIN Parepare hadir pada forum ilmiah tahunan tersebut sebagai speaker. Mereka mendiseminasikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Salah satunya adalah Nurhakki. 


Nurhakki memaparkan hasil penelitian pada Jumat (2/2/2024) dengan judul Digital Rural Inclusion: Bridging Solustion For Information and Service Administrasition Marginalisation dengan discussant Prof. Dr. Phil Asfa Widiyanto, M.Ag.,M.A dari UIN Salatiga dan Dr. Yusni Abdullah Otta, M.Ag dari IAIN Manado.

  

Hasil penelitian yang dipaparkan merupakan artikel hasil Penelitian Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan anggota Nining Artianasari dan Waliyuddin.


Nurhakki mengatakan, penelitian ini terinspirasi dari asumsi teori media Marshal McLuhan dengan tesis bahwa media menyatukan dan menghubungkan seluruh dunia Media dengan istilah desa global (global village) untuk mendeskripsikan bagaimana media mengikat dunia menjadi sebuah sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang besar. 


Namun dalam dinamikanya, kata Nurhakki, terdapat masyarakat yang masih mengalami kesenjangan digital dan hidup dalam isolasi informasi.


"Program yang banyak digalakkan oleh pemerintah adalah smart city yang nampaknya makin meninggalkan masyarakat pedesaan yang justru sangat membutuhkan literasi, agar dapat memiliki edukasi berbiaya murah yang baik dalam mengatasi solusi kehidupan dan mengelola potensi yang dimiliki, sehingga smart village merupakan kekuatan dari fokus penelitian ini," papar Nurhakki.


Ia mengatakan, penelitian tersebut dilaksanakan di Lembang Bo’ne Buntu Sisong Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. 



Metode research and development penelitian ini, lanjutnya, bertujuan agar dapat melepaskan warga Lembang dari marginalisasi informasi. 


"Gagasan pengembangan digital inklusi di pedesaan khususnya pada daerah dengan tingkat kesulitan diakses transportasi karena kondisi geografis menjadi rentan mengalami marginalisasi informasi karena kesenjangan digital terutama skill akses maupun pemanfaatannya," katanya. 


Nurhakki mengatakan, beberapa faktor lahirnya kesenjangan digital oleh faktor keterbatasan infrastruktur, keterampilan akses, dan ketidaktersediaan anggaran sehingga Digital inklusi oleh pemerintahan lembang menjadi sebuah solusi mengantisipasi kondisi marginalisasi informasi dengan membangun website desa/lembang yang secara efektif dan efisien dapat memenuhi hak masyarakat terhadap informasi dan layanan publik yang efektif dan efisien. 


Meskipun demikian, sambungnya, pengembangannya tidak terlepas tantangan seperti tantangan kepemimpinan untuk menghadirkan dukungan kebijakan dan regulasi implementasi e-goverment.


"Tantangan juga dari masyarakat dimana budaya warga desa dalam menerima transformasi akses informasi dan pelayanan dari analog ke digital perlu tahapan yang dimulai dari tahapan memunculkan kesadaran hingga kemampuan pemanfataan," ujarnya.



Tantangan lainnya, kata Nurhakki, adalah tata kelola dimana transformasi layanan informasi dan administrasi dalam sistem e-goverment meliputi membutuhkan dukungan kompetensi aparatur pemerintah desa. 


Nurhakki mengatakan, discussant Dr. Yusni Abdullah Otta, M.Ag memberikan saran pemikiran bahwa sebaiknya program dilanjutkan pada penguatan pendidikan dengan mempertimbangkan aspek-aspek keagamaan. 


Sedangkan Prof. Dr. Phil Asta Yudianto, M.Ag melihat penelitian sebagai hal yang sangat menarik saat dikembangkan pada daerah pedesaan karena yang bertalian dengan empowerment, sebab masyarakat Indonesia khususnya daerah-daerah pedesaaan meski terus didorong memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. 


"Bagaimana media digunakan untuk meningkatkan trust society dan edukasi layaknya di dunia Barat yang betul-betul dapat mengantarkan masyarakat pada kondisi hight trust karena kemampuan literasi yang baik," tutup Nurhakki. (*/alf)

di dalam Berita
Hayana 5 Februari, 2024
Label
Arsip