Pembicara Kuliah Umum, Herdah Paparkan Isu Akulturasi Bahasa Arab dan Bugis

10 Maret, 2023 oleh
Ahmad Zuhudy Bahtiar
| No comments yet

Humas IAIN PAREPARE -- Dosen Tarbiyah IAIN Parepare, Dr. Herdah, M.Pd menjadi salah satu pembicara Kuliah Umum pada kegiatan Pembukaan Kuliah Semester Genap Tahun Akademik 2022-2023 di Gedung Auditorium IAIN Parepare, Rabu (8/3/2023).

Herdah, yang juga merupakan Dosen Bahasa Arab ini, mengusung judul “Akulturasi Bahasa Arab dan Bahasa Bugis dalam Bingkai Budaya Lokal.”

Ia mengaku bahwa judul ini diangkat dalam rangka mendukung visi misi IAIN Parepare. “Materi ini saya angkat untuk menyelaraskan visi misi IAIN Parepare,” ucapnya. 

Dalam orasinya, ia menilai asimilasi Bahasa Arab dan Bahasa Bugis ini banyak dipengaruhi oleh kondisi historis Agama Islam di tanah air. Hal ini, ia buktikan, salah satunya, dengan menguraikan beberapa kemiripan bunyi kata di antara kedua bahasa tersebut. Dalam paparannya, ia menyebutkan seperti kata “kitabun” dalam Bahasa Arab yang menyerupai kata “bo” dalam bahasa bugis, kata “balaa’un” yang menyerupai kata “abala”, dan kata “barakatun” menyerupai kata “barakka".

“Asimilasi bahasa ini bisa terjadi dalam bentuk perubahan bunyi, baik bertambah ataupun berkurang. Faktanya, banyak Bahasa Bugis yang serapan aslinya dari Bahasa Arab. Memang tadinya tidak disadari, tapi nyatanya dalam keseharian kita sudah menggunakan bahasa itu,” ungkap Herdah yang juga merupakan anggota Senat IAIN Parepare itu. 

Lebih lanjut, Herdah juga menyampaikan bahwa asimilasi dua bahasa ini juga berdampak dalam banyak hal. Salah satunya dalam bentuk pemberian nama dalam masyarakat bugis. 

“Pemberian nama ini sangat kental dalam masyarakat bugis. Ini disebabkan dua faktor yakni ketokohan dan tren. Biasanya orang tua memberikan nama (berbahasa arab) tersebut sebagai bentuk doa. Misal nama “Umar”, yang merujuk pada salah satu pemimpin islam. Kemudian di bugis menjadi “Ummareng”. Juga kata “Muhammad” yang bisa diartikan “Mapparenta” dalam bahasa bugis, tapi tetap dipakai nama “Muhammad” (dalam pemberian nama bugis)," jelas Herdah.

Ia menilai bahwa fenomena ini terjadi karena pengaruh Al Quran dan Hadis yang diyakini mayoritas masyarakat bugis sebagai pedoman hidup. “Bahasa Arab ini memiliki pengaruh dan kekuatan karena adanya Al Quran dan Hadis sebagai sumber hukum yang sangat diyakini oleh umat islam,” pungkasnya. 

Di akhir orasinya, Herdah pun menarik tiga poin kesimpulan. Pertama, bahasa yg terbuka akan mengalami perkembangan berupa integrasi dan disintegrasi bahasa. Kedua, asimilasi Bahasa Arab dan Bugis terjadi karena faktor budaya, khususnya penyebaran Islam. Ketiga, sambung Herdah, pemilihan nama yang yang bernuasa arab ini dipengaruhi oleh keyakinan masyarakat bugis bahwa nama adalah doa keselamatan. (mm/alf)

di dalam Berita
Ahmad Zuhudy Bahtiar 10 Maret, 2023
Label
Arsip
Masuk to leave a comment