Mengenang Wafatnya Dr. Abu Bakar Juddah, M.Pd; “Pak Ahmad Lebih dari Saudaraku

20 نوفمبر, 2020 بواسطة
webadmin1

Mengenang Wafatnya Dr. Abu Bakar Juddah, M.Pd; “Pak Ahmad Lebih dari Saudaraku”
Humas IAIN Parepare — Sivitas akademika IAIN Parepare kembali mengenang Dr. Abu Bakar Juddah, M. Pd dengan menggelar doa dan pengajian pada malam ke- 3 wafatnya almarhum. Doa dan pengajian tersebut diinisiasi langsung oleh Ahmad Sultra Rustan selaku Rektor dan dipusatkan di ruangan Rektor, Jumat, 20/11/2020.

Segenap pimpinan institut dan fakultas beserta dosen dan pegawai lainnya turut hadir mengikuti doa dan pengajian yang berlangsung dalam suasana yang sangat hikmat. Terlihat jelas suasana duka masih menyelimuti jamaah pengajian. Turut hadir dalam acara ini, Sitti Muliani Ahmad, istri Ahmad Sultra Rustan.

Doa dan pengajian malam ke- 3 wafatnya Dr. Abu Bakar Juddah, M.Pd., ini diawali dengan shalat magrib berjamaah dan dilanjutkan dengan hatam al-Quran yang dipimpin oleh ust. Budiman (Sekretaris MUI kota Parepare/Wakil Dekan Fakshi) dan doa bersama oleh KH. Abd Halim Kuning (Ketua MUI kota Parepare), sekaligus Dekan FUAD IAIN Parepare.

Acara selanjutnya, mengenang almarhum Dr. Abu Bakar Juddah, M. Pd., yang disampaikan langsung oleh Rektor, Ahmad Sultra Rustan. Sesi ini cukup menguras emosi jamaah pengajian, karena Rektor merefleksi perjalanannya bersama almarhum yang penuh kenangan.


Ahmad Sultra Rustan dan Abu Bakar Juddah adalah dua sahabat yang dikenal sangat dekat. Bahkan persahabatan mereka ini terkenal di sivitas IAIN Parepare dengan sebutan “Trio A”, yaitu Abu Bakar Juddah, Abdullah Tahir dan Ahmad Sultra Rustan. “Kami bertiga selalu berkumpul dan jalan bersama. Kami banyak kenangan yang tidak mungkin terlupakan. Almarhum seringkali menyampaikan kepada saya, pak Ahmad, kamu ini sahabatku lebih dari saudaraku,” kata Rektor dengan mata berkaca-kaca.

“Selain keluarganya, sayalah orang sangat berduka atas wafatnya beliau. Diakhir-akhir kepergiannya, beliau sering menemui saya di rumah atau pun di kantor. Termasuk pada hari wafatnya, beliau menemui saya di rumah sekitar pukul 05.30 wita dan meninggalkan rumah pukul 06.30 wita. Saya sempat mengantarnya sampai ke kendaraan. Tetapi beberapa saat kemudian, saya mendengar kabar duka itu. Saya kaget dan tidak percaya,” cerita Rektor dengan linangan air mata.

“Kami sering bertemu dan membicarakan hal-hal sepele sampai hal yang serius. Banyak ide dan pesan-pesan yang disampaikan, misalnya pengembangan kampus. Beliau meminta saya untuk segera memikirkan peralihan kampus menjadi univesitas. Beliau juga serig menyampaikan masalah yang sedang dihadapi, tetapi saya selalu menghindar. Karena saya khawatir dengan kondisi kesehatannya, beliau kan sakit jantung” papar Rektor.


Ahmad Sultra Rustan mengaku sangat menjaga dan memerhatikan kondisi Kesehatan sahabatnya itu. “Sejak menderita sakit jantung, saya berusaha menghidarkan beliau dari pemikiran dan pekerjaan berat, termasuk masalah jabatan. Saya tidak ingin beliau larut dalam pekerjaan dan masalah berat, sehingga, saya lebih sering menasehati dan mengingatkan kondisi kesehatannya jika mulai berpikir tegang lagi,”.

Mengakhiri kisahnya, Rektor meminta kepada jamaah untuk mengenang kebaikan-kebaikan almarhum seraya memberikan maaf atas kesalahan yang telah diperbuat. Pada sesi terakhir acara doa dan pengajian ini, Prof. Dr. KH. Abd Rahim Arsyad, MA., memberikan tausiah singkat dan memimpin doa untuk keselamatan almarhum. (Shr)

webadmin1 20 نوفمبر, 2020
علامات التصنيف
أرشفة